Bukan Senja atau Lelucon Semata
Sekian lama aku hanya
fokus menunggu angin, sejak pagi hingga siang menjelang angin itu tak kunjung
pulang
Sampai semburat kekuningan
muncul malu malu di atas kepala
Di bawah sini aku mengutuk
diri sepanjang hari
Tuhan… kenapa tidak ada
yang tinggal
Kenapa mereka semua serupa
senja yang hanya sementara
Lalu pergi meninggalkan
gelap dan aku
Ya, aku yang di setiap
masa hanya mengingat satu nama
Hingga lupa bahwa bumi
terus berputar mengelilingi matahari dan bulan masih setia bersama bumi
Sedangkan bumi tetap
berada di porosnya hingga akhir masa
Di poros ini lah aku
menemukan jejak jejak yang terlupakan
Hingga aku tidak ingat
kapan kamu mulai datang
Bukan angin, bukan senja
bukan pula lelucon semata
Kamu satu paket lengkap yang
dikirimkan oleh Tuhan di waktu yang tepat
Menjadi satu hadiah
terindah di bulan empat dan hari yang dipenuhi dengan berita hoax
Tapi kamu nyata
Kamu ada
Dan kamu lah Imam yang ku
tunggu sejak puluhan windu yang lalu
Banyuwangi,
1 April 2020
puisi ini kalau di baca pakai lagu sepertinya enak nih teh
ReplyDeletewah mba anggi baru balik dari pertapaan ya...asyik fiksi dan puisi lagi
ReplyDeletekebetulan aku lagi suka bikin fiksi dan kata kata indah
puisinya apik mba...walaupun bahasanya agak kelabu ya hehe
bagus mba puisinya, wlpn aku ga suka puisi tp kalau bahasanya ringan aku suka hehehhe
ReplyDeletekadang kalau baca puisi yg bahasanya berat aku malah puyeng
Kurang terlalu paham puisi mbak Anggi, tapi sepertinya ini kisah menunggu seseorang ya?
ReplyDeletePuisi yang bagus Mbak.
ReplyDeleteSepertinya menanti seseorang ya Mbak?
Syahdu sekali puisinya 😍
ReplyDeletemantap....
ReplyDeleteSemangat menunggu si dia mbakk, #eaaa
ReplyDeleteDimusikalisasi asik nih keknya :).
ReplyDeleteBtw, salam kenal ya mba :D
Wah lama nih mbak Anggi tidak update blognya. :)
ReplyDeleteini bukan sekedar puisi sih, tapi ungkapan dan curhat dari penulisnya, kah ? :D
ReplyDeleteDalem si ini kak. Saya paham banget perasaan seperti yang digambarkan di dalam puisi ini :(
ReplyDelete